Sungai Denai. Photo : Abah Rahman |
Oleh : Abah Rahman
Sungai Denai punya cerita mistis.
Sepanjang alur sungai Denai ini, dihuni segerombolan makhluk gaib.
Berikut penelusurannya.
Ruas sungai Denai ini, tak ada
bedanya dengan sungai sungai lain, dipenuhi lumpur. Sungai ini
banyak dihuni ikan sapu kaca, lele dumbo, baung dan masih banyak lagi jenis
ikan air tawar lainnya.
Sucipto, warga asli tempat ini
mengatakan, kalau sungai Denai ini menyimpan sisi mistis.
"Sungai ini dihuni sepasang
makhluk gaib. Kakek dan nenek. Mereka gaib penunggu sungai ini," ujar
Sucipto.
Ceritanya begini, Sucipto
mengatakan, sekitar tahun 80 an, sungai
ini dilanda banjir besar. Karena itu
pula, orang tua dari Sucipto berencana mau pindah. Namun sebelum pindah, orang tua
Sucipto di datangi dalam mimpinya.
"Dalam mimpi itu, orang
tuaku di datangi pasangan kakek nenek. Mereka mengatakan, penunggu Sungai
Denai," Ujar Sucipto menceritakan.
Masih menurut Sucipto, dalam
mimpi itu, Kakek Nenek itu berpesan, agar tidak jadi pindah karena ia tidak
akan memangsa warga sekitar.
"Janganlah pindah dari sini,
jangan takut," pesan pasutri itu dalam mimpi.
Karena pesan dalam mimpi itu,
akhirnya orang tua Sucipto tidak jadi pindah dari pinggir sungai
Denai tesebut.
Sucipto |
Sungai Denai ini, memang sering
menelan korban. Teranyar, jenazah siswa SMP, Habib Ansori (15)
warga Jalan Denai Gang Jati, Tegal Sari 1, Medan Area akhirnya ditemukan
terapung di aliran sungai Titi Runtuh Desa Bandar Setia, Percut Sei
Tuan, Senin (11/4/16). Diketahui, Habib tenggelam terbawa arus gara-gara
menyelamatkan temannya.
Jenazah siswa SMP kelas 3 itu
dtemukan warga sekitar pukul 06.00 WIB dalam kondisi tewas dan terapung
di permukaan sungai. Atas temuan itu, kemudian warga memberitahukannya
ke polisi. Selanjutnya, petugas Polsek Medan Area
memberitahukannya ke pihak keluarga korban yang
berada di Jalan Denai, Gang Jati,
Tegal Sari 1, Medan Area. Dengan uraian air mata, pihak keluarga
datang menuju lokasi menjemput jenazah Habib untuk disemayamkan. Senin
siang, jenazah akhirnya dikebumikan kelarga di tempat pemakaman umum
(TPU) di Jalan Halat.
Sebelumnya, Minggu (10/4/16)
siang, Habib Ansori (15) tenggelam dibawa arus sungai Denai, persis di
bawah jembatan Pasar Merah usai menyelamatkan temannya, David.
Dia tenggelam saat menggiring tubuh temannya itu ke pinggir sungai.
Habib yang datang ke lokasi bersama 7
orang temannya, kemudian mandi ke
dalam sungai yang dalam dan arus yang cukup deras. Saat itu,
seorang temannya berteriak meminta tolong lantaran hanyut terbawa arus
sungai.
Melihat itu, Habib langsung
berenang untuk menyelamatkan David. Namun naas bagi Habib, dia terperosok
dan kembali jatuh lalu dibawa arus saat menggiring tubuh temannya
itu ke pinggir sungai. Meski Minggu siang itu tim Basarnas dan warga
telah berupaya melakukan pencarian hingga malam hari, namun akhirnya
jenazah Habib ditemukan warga Senin pagi dalam kondisi sudah tidak
bernyawa.
Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol
Lezman Zendrato ketika dikonfirmasi mengatakan, pihaknya mendapatkan
informasi dari warga atas temuan jenazah siswa SMP itu.
“Setelah kita ke lokasi, tak lama
pihak keluarga datang menjemput jenazah anaknya. Kini jenazah
sudah dibawa keluarga untuk disemayamkan di rumahnya guna proses
pemakamannya,” ujar Lesman.
Istana Putri
Setelah dijajaki dari keterangan
warga sekitar, konon, katanya aliran sungai Denai yang tampak tenang
dengan arus yang tidak seberapa deras itu ternyata menyimpan cerita
mistik. Sobri (54), warga sekitar menuturkan, aliran sungai Denai
dahulunya sudah banyak menelan korban
jiwa.
Menurut cerita yang ia dapat dari
orang tua (sesepuh) yang telah terdahulu, di bawah aliran sungai
Denai itu terdapat Istana yang dihuni para putri. Namun pilihan
untuk korban jiwa yang ditelan Sungai itu kebanyakan dari anak remaja.
“Di bawah aliran sungai Denai
itu, menurut cerita sesepuh dan juga pawang terdapat sebuah istana
Putri. Konon, para Putri biasa tampak di aliran sungai dengan perawakannya
yang cantik, setiap malam Suro sekitar pukul 01.00 WIB.
Itu pernah dilakukan orangtua
(sesepuh) yang sudah terdahulu. Para jin itu tidak bisa dipindahkan
lantaran keberadaannya sudah dari zaman dahulu. Meskipun sudah banyak
orang pintar (Dukun) berbagai cara untuk memindahkannya, istana itu tepat
berada di bawah Jembatan Pasar
Merah,” kata Sobri, yang sudah 54
tahun bermukim di sekitar lokasi. (***)