BREAKING NEWS

Recent Comments

Kamis, 17 November 2016

MENCARI WANGSIT CEPAT KAYA DI MAKAM BUYUT TAMBI



Tempat keramat ini diserbu yang ingin cepat kaya. Konon, banyak pegusaha sukses yang telah bertandang ke tempat ini

            Makam atau kuburan, bila dibayangkan dan dikaitkan dengan khayalan yang mendekati sifat ketahyulan atau tempatnya bersifat illusi, pada umumnya cepat menimbulkan pikiran yang menggiring orang pada rasa takut. Padahal, yang disebut kuburan memang tak lebih dari sebuah onggokan tanah yang di bawahnya terbujur kaku jasad dari orang yang telah meninggal dunia. Tetapi sebagian bangsa Timur yang sebagian besar masih mempercayai adanya hal-hal gaib, atau mungkin karena cara berpikir orang itu sendiri yang masih terikat peradaban lam. Nyatanya sampai saat ini masih sangat banyak orang yang memuja dan mengeramatkan sebuah kuburan dari seseorang yang ketika masa hidupnya dianggap memiliki kesakitan atau kelebihan. Sehingga makam-makam yang dianggap keramat banyak dikunjungi orang untuk meminta berkah mulai dari ingin kaya  mendadak hingga permintaan yang terkadang tak masuk di akal.
            Tetapi memang kenyataannya, di antara sekian bahkan mungkin sekian ribu makam yang dikeramatkan dan tersebar diseluruh pelosok  nusantara ini, salah satunya adalah makam keramat yang terletak di desa tambi.
Sebuah desa di wiilayah kabupaten Indramayu yang terkenal dengan nama ‘Pasarean Buyut Tambi’. Sebuah bangunan yang agak rapuh yang terdapat dalam tembok berbentuk benteng itu terdapat sebuah makam yang sangat dikeramatkan dan diperkaya dapat mengabulkan permintaan dari para pengunjung yang bersedia untuk betapa ditempat ini. Meski pak Sudin yang menjadi juru kunci dan masyarakat sekitar makam tersebut tak satupun  yang dapat memberikan penjelasan asal-usul dan riwayat Buyut Tambi yang dikeramatkan itu, namun hal itu tidak membuat tempat pertapaan ini sepi pengunjung.
            “saya tidak tahu siapa sebenarnya Ki Buyut Tambi ini, tetapi saya dengar semasa hiupnya ia adalah salah seorang abdi dalem dari keraton Sunan Gunung Jati yang memiliki kesakitan sangat tinggi,” ujar pak Dasta yang pernah menjabat sebagian kuncen di tempat ini. Tak terkecuali dengan pak Sudin yang mengganti kedudukan pak Dasta sebagai juru kunci sekarang ini. Lelaki berusia sekitar empat puluh tahun ini pun tidak mampu memberikan gambaran yang jelas ihwal jasad siapa yang kuburannya dikeramatkan tersebut. Namun terlepas dari siapa sebenarnya Ki Buyut Tambi ketika masa hidupnya dahulu, yang pasti sekitar bulan  Januari Februari pak Sudin akan sangat repot melayani mbludaknya pengunjung yang ingin memburu  wangsit dengan cara bertapa dan mengosongkan perut di tempat yang di keramatkan ini. Para pertapa tersebut hanya datang dari kawasan Indramayu, namun sejumlah pemburu wangsit ini mengaku datang dari luar pulau jawa.
            “Ada yang dari Palembang, Makasar, Pontianak, dan Medan,” ujar pak Sudin sambil memperlihatkan buku tamu yang membuat data lengkap para peziarah tetsebut. Menurut kuncen yang baru satu tahun menduduki ‘jabatannya’ itu, untuk menjadi warga pertapaan Buyut Tumbi memang dituntut persyaratan menunjukkan syarat identitas diri, jangan harap dapat diterima bermalam ditempat ini bila tidak memiliki surat identitas dari secarikpun karena setiap satu minggu  sekali ada petugas dari pihak keamanan yang mengecek datang dan perginya setiap pengunjung ditempat ini.
            “Semua ini kami lakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, semacam misalnya ada buronan yang sengaja menggunakan tempat ini sebagai tempat persembunyian sebagai pura-pura bertapa,” ujar pak Sudin menjelaskan ihwal tindakan preventif yang dilakukan pihaknya selaku juru kunci ditempat ini. Persyaratan yang lain yang harus dipenuhi oleh calon pertama sebelum masuk ke tempat ini, mereka harus menyerahkan sejumlah uang atau beras pada sang kuncen.
Jodoh sampai kekayaan
            Ketika misteri memasuki bagian dalam dari bangun di balik ‘benteng’ ini, nampaklah beberapa deret barak terbuka yang hanya disekat dengan pembatasan dari semen mirip dengan lokasi berjualan pedagang lesehan di pasar-pasar. Antara deretan barak pria dan wanita memang dipisahkan sekitar 3 meter, di tempat inilah para pertapa tersebut membiarkan diri mereka diterjang angin malam yang menusuk kulit dan menjadi santapan nyamuk yang datang silih berganti sementara perut mereka keroncongan menahan lapar karena setiap harinya mereka memang hanya diberi jatah dua kepal nasi putih pagi dan sore hari oleh juru kunci,
            Tetapi kalau ada yang tak tahan lapar, biasanya mereka makan diwarung yang buka disekitar lokasi pertapaan tersebut. Menurut pak Sudin, hal tersebut tak dilarang.” Itu terserah pada mereka masing-masing. Tetapi biasanya kalau mereka tahan lapar wangsit akan datang lebih cepat.”
            Maksud kedatangan para pertapa di tempat ini pun berbeda-beda, ada yang ingin cepat kaya tanpa harus berusahan payah memeras keringat, dan yang ingin cepat dapat jodoh, ingin cepat naik pangkat dan jabatan atau mereka yang ingin agar dagangannya laris manis.
            Seorang remaja berusia muda dan berparas cukup cantik, tanpa malu-malu mengatakan bahwa ia sudah cukup lama megincar seorang pemuda anak kepala desa yang memang menjadi rebutan gadis-gadis di desanya. Rasa tak percaya diri dan takut kalah dalam persaingan akhirnya membawa gadis berwajah lumayan ini terdampar di pertapaan Buyut Tambi dengan harapan sang pemuda idaman hati jatuh ke pelukannya.
            Lain lagi halnya dengan seorang pertapa yang mengaku berasal dari Pontianak, pada Misteri ia mengaku mendengar tempat keramat ini dari seorang kenalannya yang berasal dari jawa yang berhasil menjadi seorang pengusaha kayu di Pontianak setelah bertapa di Buyut Tambi.
            “saya tahu, yang namanya rizki itu Tuhan yang mengatur. Tepi sebagai manusia kita juga kan wajib untuk ikhtiar dan mencari sebab, muah-mudahan saja di tempat ini saya mendapat petunjuk jalan apa yang harus saya tempuh agar usaha saya yang sekarang sedang kacau bisa normal dan lebih meningkat lagi,” ujar lelaki berusia sekitar empat puluh tahunan itu, optimis.
            Menurut pak Sudin, setiap pertapa memang tak dibatasi berapa hari harus berada di tempat ini. “terserah pada mereka masing-masing, kalau sudah dapat bisikan dari mbah Buyut Tambi, ya sudah tunggu apa lagi langsung saja pulang,” ujar juru kunci yang mengaku untuk mengaku jabatan  sebagai kuncen di tempat ini ia harus mengeluarkan tak kurang dari empat puluh juta rupiah untuk masa jabatan dua tahun.
            Ketika misteri meminta ijin untuk memotret makam Buyut Tambi yang terletak di dalam bangunan bertirai putih dengan gembok besar yang tergantung di pintunya, sang kuncen dengan halus melarang. “percuma pak, tidak mungkin jadi,” Cuma itu alasannya sambil membawa misteri kesudut lain dari pertapaan tersebut.
            Begitu pun saat misteri membidikkan moncong kamera ke arah pertapa, tanpa di komando lagi mereka langsung menghindar. Salah seorang pertama malah sempat mengancam akan menuntut kalau fotonya dimuat di media massa.
            Menurut pak Sudin, meskipun di tempat ini tak pernah terjadi hal-hal yang menyeramkan dan yang aneh-aneh, tetapi bukan berarti tempat yang dijaganya itu dapat di sepelekan begitu saja.
            “Dulu pernah ada seorang camat yang tidak percaya akan kekeramatan tempat ini, ia menolak untuk melepas alas kakinya. Tapi apa yang terjadi benar-benar membuat saya dan semua orang yang di tempat ini menjadi terkejut, karena sepatu pak camat itu tidak dapat dilepas ketika sampai di rumahnya. Terpaksa camat itu dibawa lagi ke sini. Sepatunya baru bisa dilepas setelah saya syariati dengan meminta ampun pada Ki Buyut. Ini juga kalau bapak percaya kalau mau coba-coba ya silakan saja asal mau nanggung resikonya,” papar sang kuncen.
            Masih menurut pak Sudin yang menjadi juru kunci di tempat keramat ini, biasanya para pertapa berada di sini sekitar satu minggu. Tetapi tergantung pada keberuntungan masing-masing. “kadang-kadang baru tiga hari sudah dapat wangsit, tetapi ada juga yang sampai lebih dari satu bulan baru berhasil mendapat petunjuk,” ujar sang kuncen. Lebih jauh ia menjelaskan pada umumnya para pertapa yang telah berhasil akan kembali lagi ke tempat ini untuk menyatakan ucapan terima kasihnya pada juru kunci. Caranya tentu saja dengan memberi sejumlah uang dan hadiah dalam bentuk lainnya setelah sebelumnya melakukan tabur bunga atau nyekar ke makam Ki Buyut Tambi.          
            Dalam salam tempel yang diberikan oleh para mantan pertapa yang telah berhasil terkabul cita-citanya itulah pak Sudin berharap uang sebanyak empat puluh juta yang pernah dikeluarkannya sebagai ‘persyaratan’ untuk  memenangkan lelang menjadi juru kunci di makan keramat ini dapat kembali berikut keuntungannya. Meski menurut pengakuannya pemberian para mantan pertapa itu tak lebih  berkisar antara Rp.10.000,- hingga Rp.50.000.-. tapi dalam tempo dua tahun ia yakin modal yang dulu ia  enggak ada yang gagal sih,” ujar pak Sudin yang mengatakan uang sebanyak Rp.40 juta yang disetorkannya pada panitia pemilihan kucen dulu  di bagikan pada beberapa aparat instansi terkait mulai dari tingkat Kepala Desa hingga aparat keamanan.
            Itulah sekelumit tentang kehidupan lain tentang orang-orang yang ingin mengejar kepuasaan duniawi. Berbagai cara mereka tempuh demi hasil maksud yang terbendung dalam hati mereka masing-masing.(Misteri)




Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 RADAR BERITA ONLINE . Designed by OddThemes