Tempat
keramat ini diserbu yang ingin cepat kaya. Konon, banyak pegusaha sukses yang
telah bertandang ke tempat ini
Makam atau
kuburan, bila dibayangkan dan dikaitkan dengan khayalan yang mendekati sifat
ketahyulan atau tempatnya bersifat illusi, pada umumnya cepat menimbulkan
pikiran yang menggiring orang pada rasa takut. Padahal, yang disebut kuburan
memang tak lebih dari sebuah onggokan tanah yang di bawahnya terbujur kaku
jasad dari orang yang telah meninggal dunia. Tetapi sebagian bangsa Timur yang
sebagian besar masih mempercayai adanya hal-hal gaib, atau mungkin karena cara
berpikir orang itu sendiri yang masih terikat peradaban lam. Nyatanya sampai
saat ini masih sangat banyak orang yang memuja dan mengeramatkan sebuah kuburan
dari seseorang yang ketika masa hidupnya dianggap memiliki kesakitan atau
kelebihan. Sehingga makam-makam yang dianggap keramat banyak dikunjungi orang
untuk meminta berkah mulai dari ingin kaya
mendadak hingga permintaan yang terkadang tak masuk di akal.
Tetapi
memang kenyataannya, di antara sekian bahkan mungkin sekian ribu makam yang
dikeramatkan dan tersebar diseluruh pelosok nusantara ini, salah satunya adalah makam
keramat yang terletak di desa tambi.
Sebuah desa di wiilayah kabupaten Indramayu yang terkenal
dengan nama ‘Pasarean Buyut Tambi’. Sebuah bangunan yang agak rapuh yang
terdapat dalam tembok berbentuk benteng itu terdapat sebuah makam yang sangat
dikeramatkan dan diperkaya dapat mengabulkan permintaan dari para pengunjung
yang bersedia untuk betapa ditempat ini. Meski pak Sudin yang menjadi juru
kunci dan masyarakat sekitar makam tersebut tak satupun yang dapat memberikan penjelasan asal-usul dan
riwayat Buyut Tambi yang dikeramatkan itu, namun hal itu tidak membuat tempat
pertapaan ini sepi pengunjung.
“saya tidak
tahu siapa sebenarnya Ki Buyut Tambi ini, tetapi saya dengar semasa hiupnya ia
adalah salah seorang abdi dalem dari keraton Sunan Gunung Jati yang memiliki
kesakitan sangat tinggi,” ujar pak Dasta yang pernah menjabat sebagian kuncen
di tempat ini. Tak terkecuali dengan pak Sudin yang mengganti kedudukan pak
Dasta sebagai juru kunci sekarang ini. Lelaki berusia sekitar empat puluh tahun
ini pun tidak mampu memberikan gambaran yang jelas ihwal jasad siapa yang
kuburannya dikeramatkan tersebut. Namun terlepas dari siapa sebenarnya Ki Buyut
Tambi ketika masa hidupnya dahulu, yang pasti sekitar bulan Januari Februari pak Sudin akan sangat repot
melayani mbludaknya pengunjung yang ingin memburu wangsit dengan cara bertapa dan mengosongkan
perut di tempat yang di keramatkan ini. Para pertapa tersebut hanya datang dari
kawasan Indramayu, namun sejumlah pemburu wangsit ini mengaku datang dari luar
pulau jawa.
“Ada yang
dari Palembang, Makasar, Pontianak, dan Medan,” ujar pak Sudin sambil
memperlihatkan buku tamu yang membuat data lengkap para peziarah tetsebut.
Menurut kuncen yang baru satu tahun menduduki ‘jabatannya’ itu, untuk menjadi
warga pertapaan Buyut Tumbi memang dituntut persyaratan menunjukkan syarat identitas
diri, jangan harap dapat diterima bermalam ditempat ini bila tidak memiliki
surat identitas dari secarikpun karena setiap satu minggu sekali ada petugas dari pihak keamanan yang
mengecek datang dan perginya setiap pengunjung ditempat ini.
“Semua ini
kami lakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, semacam misalnya ada
buronan yang sengaja menggunakan tempat ini sebagai tempat persembunyian
sebagai pura-pura bertapa,” ujar pak Sudin menjelaskan ihwal tindakan preventif
yang dilakukan pihaknya selaku juru kunci ditempat ini. Persyaratan yang lain
yang harus dipenuhi oleh calon pertama sebelum masuk ke tempat ini, mereka
harus menyerahkan sejumlah uang atau beras pada sang kuncen.
Jodoh sampai kekayaan
Ketika
misteri memasuki bagian dalam dari bangun di balik ‘benteng’ ini, nampaklah
beberapa deret barak terbuka yang hanya disekat dengan pembatasan dari semen
mirip dengan lokasi berjualan pedagang lesehan di pasar-pasar. Antara deretan
barak pria dan wanita memang dipisahkan sekitar 3 meter, di tempat inilah para
pertapa tersebut membiarkan diri mereka diterjang angin malam yang menusuk
kulit dan menjadi santapan nyamuk yang datang silih berganti sementara perut
mereka keroncongan menahan lapar karena setiap harinya mereka memang hanya
diberi jatah dua kepal nasi putih pagi dan sore hari oleh juru kunci,
Tetapi kalau
ada yang tak tahan lapar, biasanya mereka makan diwarung yang buka disekitar
lokasi pertapaan tersebut. Menurut pak Sudin, hal tersebut tak dilarang.” Itu
terserah pada mereka masing-masing. Tetapi biasanya kalau mereka tahan lapar
wangsit akan datang lebih cepat.”
Maksud
kedatangan para pertapa di tempat ini pun berbeda-beda, ada yang ingin cepat
kaya tanpa harus berusahan payah memeras keringat, dan yang ingin cepat dapat
jodoh, ingin cepat naik pangkat dan jabatan atau mereka yang ingin agar
dagangannya laris manis.
Seorang
remaja berusia muda dan berparas cukup cantik, tanpa malu-malu mengatakan bahwa
ia sudah cukup lama megincar seorang pemuda anak kepala desa yang memang
menjadi rebutan gadis-gadis di desanya. Rasa tak percaya diri dan takut kalah
dalam persaingan akhirnya membawa gadis berwajah lumayan ini terdampar di
pertapaan Buyut Tambi dengan harapan sang pemuda idaman hati jatuh ke pelukannya.
Lain lagi
halnya dengan seorang pertapa yang mengaku berasal dari Pontianak, pada Misteri
ia mengaku mendengar tempat keramat ini dari seorang kenalannya yang berasal
dari jawa yang berhasil menjadi seorang pengusaha kayu di Pontianak setelah
bertapa di Buyut Tambi.
“saya tahu,
yang namanya rizki itu Tuhan yang mengatur. Tepi sebagai manusia kita juga kan
wajib untuk ikhtiar dan mencari sebab, muah-mudahan saja di tempat ini saya
mendapat petunjuk jalan apa yang harus saya tempuh agar usaha saya yang
sekarang sedang kacau bisa normal dan lebih meningkat lagi,” ujar lelaki
berusia sekitar empat puluh tahunan itu, optimis.
Menurut pak
Sudin, setiap pertapa memang tak dibatasi berapa hari harus berada di tempat
ini. “terserah pada mereka masing-masing, kalau sudah dapat bisikan dari mbah
Buyut Tambi, ya sudah tunggu apa lagi langsung saja pulang,” ujar juru kunci
yang mengaku untuk mengaku jabatan
sebagai kuncen di tempat ini ia harus mengeluarkan tak kurang dari empat
puluh juta rupiah untuk masa jabatan dua tahun.
Ketika
misteri meminta ijin untuk memotret makam Buyut Tambi yang terletak di dalam
bangunan bertirai putih dengan gembok besar yang tergantung di pintunya, sang
kuncen dengan halus melarang. “percuma pak, tidak mungkin jadi,” Cuma itu
alasannya sambil membawa misteri kesudut lain dari pertapaan tersebut.
Begitu pun
saat misteri membidikkan moncong kamera ke arah pertapa, tanpa di komando lagi
mereka langsung menghindar. Salah seorang pertama malah sempat mengancam akan
menuntut kalau fotonya dimuat di media massa.
Menurut pak
Sudin, meskipun di tempat ini tak pernah terjadi hal-hal yang menyeramkan dan
yang aneh-aneh, tetapi bukan berarti tempat yang dijaganya itu dapat di
sepelekan begitu saja.
“Dulu pernah
ada seorang camat yang tidak percaya akan kekeramatan tempat ini, ia menolak untuk
melepas alas kakinya. Tapi apa yang terjadi benar-benar membuat saya dan semua
orang yang di tempat ini menjadi terkejut, karena sepatu pak camat itu tidak
dapat dilepas ketika sampai di rumahnya. Terpaksa camat itu dibawa lagi ke
sini. Sepatunya baru bisa dilepas setelah saya syariati dengan meminta ampun pada Ki Buyut. Ini juga kalau bapak
percaya kalau mau coba-coba ya silakan saja asal mau nanggung resikonya,” papar sang kuncen.
Masih
menurut pak Sudin yang menjadi juru kunci di tempat keramat ini, biasanya para
pertapa berada di sini sekitar satu minggu. Tetapi tergantung pada
keberuntungan masing-masing. “kadang-kadang baru tiga hari sudah dapat wangsit,
tetapi ada juga yang sampai lebih dari satu bulan baru berhasil mendapat
petunjuk,” ujar sang kuncen. Lebih jauh ia menjelaskan pada umumnya para
pertapa yang telah berhasil akan kembali lagi ke tempat ini untuk menyatakan
ucapan terima kasihnya pada juru kunci. Caranya tentu saja dengan memberi
sejumlah uang dan hadiah dalam bentuk lainnya setelah sebelumnya melakukan
tabur bunga atau nyekar ke makam Ki Buyut Tambi.
Dalam salam
tempel yang diberikan oleh para mantan pertapa yang telah berhasil terkabul
cita-citanya itulah pak Sudin berharap uang sebanyak empat puluh juta yang
pernah dikeluarkannya sebagai ‘persyaratan’ untuk memenangkan lelang menjadi juru kunci di
makan keramat ini dapat kembali berikut keuntungannya. Meski menurut
pengakuannya pemberian para mantan pertapa itu tak lebih berkisar antara Rp.10.000,- hingga
Rp.50.000.-. tapi dalam tempo dua tahun ia yakin modal yang dulu ia enggak ada yang gagal sih,” ujar pak Sudin
yang mengatakan uang sebanyak Rp.40 juta yang disetorkannya pada panitia
pemilihan kucen dulu di bagikan pada
beberapa aparat instansi terkait mulai dari tingkat Kepala Desa hingga aparat
keamanan.
Itulah
sekelumit tentang kehidupan lain tentang orang-orang yang ingin mengejar
kepuasaan duniawi. Berbagai cara mereka tempuh demi hasil maksud yang
terbendung dalam hati mereka masing-masing.(Misteri)
Posting Komentar